DISWANTARA -Tuyul dan babi ngepet adalah dua sosok makhluk astral yang populer dalam kepercayaan mistis di Indonesia, terutama dikenal karena kemampuannya mencuri uang.
Namun, muncul pertanyaan menarik tentang mengapa tuyul dan babi ngepet hanya mencuri dari rumah ke rumah dan bukan dari tempat yang lebih aman dan berharga seperti bank atau saldo e-money.
Untuk memahami fenomena tuyul dan babi ngepet ini, mari kita lihat penjelasan logis di balik kepercayaan tersebut.
Mengapa Tuyul Hanya Mencuri dari Rumah ke Rumah?

Baca Juga: Presiden Jokowi Buka Suara Soal Dugaan Gratifikasi Kaesang, Begini Penjelasannya.

1. Asal Usul Kepercayaan terhadap Tuyul dan Babi Ngepet
Tuyul dan babi ngepet muncul dari kecemburuan sosial di masa lalu, terutama di kalangan petani yang merasakan ketidakadilan ekonomi.
Pada akhir abad ke-19, liberalisasi ekonomi mengubah struktur sosial dan ekonomi di Indonesia, seperti yang dijelaskan oleh Jan Luiten van Zanden dan Daan Marks dalam Ekonomi Indonesia 1800-2010 (2012).
Perubahan ini menyebabkan pengambilalihan lahan petani kecil untuk dijadikan perkebunan besar dan pabrik gula, yang membuat banyak petani jatuh ke dalam kemiskinan.

Baca Juga: Penemuan Mayat di Musi Banyuasin Diduga Sopir Mobil Rental Asal Jambi, Begini Pengakuan Keluarga.

Dalam situasi ini, beberapa orang yang menjadi kaya secara mendadak, seperti pedagang dan pengusaha baru, menjadi sasaran kecemburuan. Petani yang miskin dan tidak memahami bagaimana kekayaan itu diperoleh sering kali mengaitkan kekayaan mendadak ini dengan praktik mistis, seperti persekutuan dengan tuyul dan babi ngepet.

2. Kenapa Tidak ke Bank atau Saldo E-Money?
Secara logis, ada beberapa alasan mengapa tuyul tidak mencuri dari bank atau saldo e-money:
Kepercayaan dan Budaya: Dalam kepercayaan masyarakat tradisional, tuyul dan babi ngepet sering digambarkan sebagai makhluk yang hanya mampu melakukan pencurian di lingkungan yang dianggap "mudah" atau "biasa," seperti rumah-rumah pribadi. 

Baca Juga: 7 Potongan Rambut Terbaik 2024 Pria, Rapi dan Keren.

Bank dan sistem keuangan modern dianggap terlalu rumit dan tidak terjangkau oleh makhluk-makhluk mistis dalam pandangan tradisional.
Keamanan dan Teknologi: Bank dan sistem e-money dilindungi oleh teknologi dan sistem keamanan yang sangat canggih. Pencurian dari tempat-tempat ini memerlukan pengetahuan dan keterampilan yang melibatkan teknologi tinggi, yang jauh melampaui kemampuan makhluk-makhluk mistis seperti tuyul. Keamanan fisik dan digital di bank dan platform e-money tidak dapat ditembus dengan cara-cara mistis.
Persepsi Sosial: Tuyul dan babi ngepet sering dipandang sebagai simbol dari ketidakadilan sosial dan kecemburuan.

Baca Juga: 4 Daftar Pemain Timnas Indonesia yang Berpotensi Dicoret Jelang Kualifikasi Piala Dunia 2026.

Mereka digambarkan sebagai makhluk yang mencuri dari orang-orang biasa untuk mengatasi ketidakadilan atau kemiskinan, bukan untuk merampok tempat yang dianggap lebih terhormat atau sulit diakses seperti bank.
Ciri-Ciri Pemelihara Tuyul
Clifford Geertz dalam The Religion of Java (1976) mencatat beberapa ciri dari orang yang diduga memelihara tuyul, seperti:
Kaya mendadak
Menjaga citra dengan cara sederhana
Menggunakan pakaian bekas
Bergaul dengan orang miskin

Baca Juga: 5 Jenis Aplikasi yang Harus Dihapus di HP Android Agar Memori Tidak Cepat Penuh.

Mengonsumsi makanan sederhana
Ciri-ciri ini menunjukkan upaya untuk menyembunyikan kekayaan sebenarnya dengan cara yang tampak tidak mencolok, untuk menghindari kecurigaan masyarakat.
Kepercayaan terhadap tuyul dan babi ngepet lebih terkait dengan kecemburuan sosial dan pandangan mistis dari masyarakat tradisional. 

Fenomena ini berakar dari ketidakpahaman dan rasa tidak adil terhadap kekayaan yang diperoleh secara cepat dan tidak jelas. 

Baca Juga: 6 Fakta Terbaru Kasus Tragis Gadis Penjual Gorengan Sumbar hingga Tersangka Ditetapkan.

Tuyul dan babi ngepet, dalam pandangan ini, tidak memiliki kemampuan untuk mencuri dari tempat-tempat yang memiliki sistem keamanan modern seperti bank atau saldo e-money, karena mereka lebih berkaitan dengan konteks sosial dan budaya daripada dengan realitas praktis pencurian.